Senin, 02 Juni 2014

Konflik Pasutri, dari Sindrom “Double Check” hingga Sindrom “Last Seen Online”

Teknologi komunikasi terus berkembang dengan sangat pesat. Berbagai sarana komunikasi telah disediakan oleh banyak perusahaan sehingga semakin memudahkan manusia untuk berhubungan satu dengan yang lain. Saat awal mulai berkembang handphone, fitur yang paling laris di Indonesia adalah SMS. Kini SMS sudah mulai banyak ditinggalkan, karena ada alternatif yang lebih menarik untuk berkomunikasi, seperti melalui Fesbuk, WhatsApp, Line, KakaoTalk, Telegram, dan lain sebagainya.
Namun, kemudahan berkomunikasi tersebut juga telah membawa sejumlah dampak ikutan. Salah satunya adalah konflik pasangan suami-istri (pasutri) bahkan sampai ke tingkat perceraian. Jurnal CyberPsychology telah melakukan studi yang menyimpulkan bahwa 28 juta pasangan berpisah setiap tahun karena Whatsapp dan Facebook. Sebuah angka yang sangat fantastik.
Bagaimana konflik pasutri bisa terjadi akibat WhatsApp (WA), dan mengapa mereka memutuskan untuk berpisah? Para peneliti menjelaskan kasus ini dengan sebutan ’sindrom double check’ dan sindrom ‘last seen online’. Istilah yang khas dalam komunikasi menggunakan teknologi WhatsApp.
1401755570240742783
ilustrasi : www.ecuadortimes.net
Sindrom “Double Check”
Sebagaimana diketahui, tanda centang ganda atau “double check” adalah tanda kecil yang muncul setiap kali kita mengirim pesan melalui WA dan menandakan pesan telah terkirim dan diterima. Hal ini mirip dengan munculnya huruf “R” pada blackberry messenger (BBM) yang menandakan bahwa pesan BBM kita sudah dibaca. Padahal kenyataannya pesan tidak selalu sudah terkirim dan terbaca, walaupun sudah muncul tanda centang ganda. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor koneksi internet atau server mengalami gangguan.
Jika sepasang suami istri terbiasa berkomunikasi melalui WA, seharusnya mereka tidak boleh memutlakkan tanda centang ganda tersebut. Seakan-akan jika sudah muncul tanda double check itu berarti pasangan telah menerima dan membaca pesannya. Padahal tidak selalu demikian. Perusahaan WA sendiri pernah mengakui hal tersebut, namun masih banyak masyarakat yang belum mengetahuinya.http://www.butiktasonline.com/
Saat suami mengirim pesan kepada istri dan sudah tampak tanda double check, sang suami percaya bahwa pesan tersebut sudah dibaca istrinya. Namun lama ditunggu tidak ada respon balik dari sang istri. Mulailah muncul perasaan tidak nyaman pada diri suami, mempertanyakan sikap sang istri. Ia menganggap istrinya tidak mengutamakan dirinya. Sudah satu jam sejak dikirimkannya pesan dan muncul tanda double check, belum ada respon dari sang istri. Hatinya mulai panas dan marah.
Demikian pula ketika istri mengirim pesan kepada suami dan sudah tampak tanda double check, sang istri percaya bahwa pesan tersebut sudah dibaca suaminya. Namun lama ditunggu tidak ada respon balik dari sang suami. Muncul perasaan jengkel karena menganggap suami tidak mau membalas pesannya. Bahkan muncul perasaan curiga, jangan jangan suaminya tidak mau berkomunikasi lagi dengannya, atau sang istri merasa ada sesuatu yang salah dari dirinya.
Situasi ini bisa memunculkan konflik. Setelah bertemu, suami langsung memuntahkan kemarahannya kepada istri, yang menuduh istrinya tidak perhatian kepada dirinya. Demikian pula sang istri langsung menumpahkan kemarahannya kepada suami, karena menganggap sang suami tidak mau membalas pesan pentingnya. Mereka berdua lebih percaya kepada teknologi WA daripada kepada pasangan.